Digital Communication Model by Primaretha (2013) |
Anak
muda hari ini sering disebut dengan “Generasi Menunduk” karena keterhubungannya
dengan gadget seperti smartphone atau tablet yang luar biasa. Lihat saja bila
ada anak muda yang sedang ngumpul, mereka terlihat lebih memilih asik dengan
gadgetnya masing-masing. Entah itu browsing mencari informasi atau asik texting
dengan teman-teman yang lokasinya berjarak jauh. Isu ini dibawa lebih serius
ketika para “Generasi Menunduk” tersebut berkomunikasi dengan orang yang lebih
tua. Terlihat tidak etis karena anak muda sekarang terlihat tidak acuh dengan
keadaan sekitar.
Praktek
komunikasi melalui komputer memiliki dampak social karena merubah tradisi
komunikasi kita yang bisa dilakukan secara tatap muka (face to face communication)
menjadi lebih sering menggunakan komputer sebagai medium untuk kita berbicara,
berkomunikasi dengan orang lain. Tentunya hal ini menimbulkan efek positif dan
negatif secara bersamaan. Untuk itu mari kita telaah lebih dalam isu tentang
bagaimana kekhasan komunikasi antata manusia yang dimediasi oleh komputer
sebagai perantara.
Online Identity
Gambar diatas cukup menekankan bahwa identitas kita di dunia
maya bisa dimanipulasi sedimikian rupa. Karena tidak bertemu secara fisik, maka
kita bisa saja menipu orang lain tentang diri kita. Para pelaku cyber crime
sering memanfaatkan hal ini untuk meraih keuntungan melalui kejahatan dunia
maya yang mereka lakukan. Di level keseharian anak muda pun tidak luput dari
hal ini. Contohnya cyber bullying dimana
seseorang masuk ke dalam profil Facebook temannya kemudian menuliskan
konten-konten yang tidak senonoh hanya atas nama bercanda. Ini juga sering
terjadi di kontak BBM temen kita dan biasanya berakhir dengan mengganti status
BBM menjadi “Dibajak ;(“.
Berbicara tentang online identity juga bicara tentang
bagaimana kita menyampaikan identitas kita kepada lawan bicara kita. Di
komunikasi hal ini dikenal dengan Impression Management, tentang bagaimana kita
ingin dilihat oleh orang lain. Bagaimana kita berpakaian, bahasa, dan juga
menyangkut perilaku. Persoalan tersebut juga berlaku di dunia online, malah
bisa jadi lebih kompleks. Coba anda berkaca tentang pemilihan foto yang anda
pakai di semua situs jejaring social anda, juga tentang bio atau tweet yang
anda tulis di Twitter. Tentunya semua dibuat sedemikian rupa untuk
merepresentasikan siapa diri anda dan juga ingin seperti apa anda dimengerti
oleh orang lain.
Hyperpersonal
Saya punya pertanyaan buat para pembaca, mana yang lebih
efektif, komunikasi tatap muka atau komunikasi melalui komputer? Saya yakin
pasti banyak yg beranggapan bahwa komunikasi tatap muka jawaban yang benar.
Sebenarnya tidak salah tapi juga tidak sepenuhnya benar karena terkadang, dalam
konteks CMC, komunikasi melalui medium komputer justru lebih efektif.
Hyperpersonal adalah konsep yang menjelaskan bahwa komputer mampu membawa
komunikasi antar manusia tidak hanya menjadi personal tapi juga menjadi
hyperpersonal. Dulu butuh waktu beberapa saat bagi seseorang yang baru kenal
bisa melihat album foto kita ketika masih kecil. Tapi bagaimana dengan
pertemanan yang baru terjalin di Facebook? Mereka, teman baru kita langsung
bisa melihat foto-foto kita dengan keluarga, teman-teman sekolah kita atau
mungkin foto kita ketika kecil. Sekejap teman baru kita jadi orang yang paling
mengenal kita karena kehidupan pribadi kita bisa dipelajari melalui status
Facebook, unggahan foto kita dan juga perjalanan hubungan pribadi kita. Ini
juga berlaku di Twitter dimana kita bisa dikenali dengan cukup melihat dengan
siapa kita berteman (following) dan kita disukai oleh siapa (follower). CMC
menjadi hyperpersonal dibanding FTF (face to face communication).
Alone Together
Sherry Turkle, seorang professor studi sosial dari MIT, menerbitkan
buku berjudul Alone Together di tahun 2011. Buku tersebut menjelaskan bagaimana
ketergantungan kita terhadap teknologi dibandingkan dengan orang lain. Jutaan
orang kini mengandalkan smartphone sebagai asisten pribadi untuk menjalankan
segala tugas. Anggapan “lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan
handphone” mungkin yang paling tepat menggambarkan trend ketagihan teknologi
ini. Coba anda hitung dalam satu hari berapa kali anda mengecek handphone anda.
Sudah? Coba anda bandingkan dengan jumlah orang yang anda ajak bicara dalam
satu hari. Buat yang sudah ketergantungan dengan smartphone pasti kaget dengan
perbandingan jumlahnya.
Berdasarkan riset Sherry, anak muda hari ini juga jauh lebih
memilih komunikasi melalui text dibandingkan dengan komunikasi tatap muka.
Alasanya adalah kita tidak dapat mengedit apa yang akan kita katakana
dibandingkan dengan komunikasi tatap muka yang mengalir apa adanya. Kebiasaan
mengenyampingkan komunikasi tatap muka ini yang akhirnya secara psikis kita
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan emosi dari orang yang kita ajak bicara.
Ini yang membuat kita menjadi sesuatu yg Sherry sebut sebagai “Social Robot”.
Selanjutnya “How to be a Digital Marketer? Part 3 – Network Graph”
No comments:
Post a Comment