Karena berkutat di bidang pendidikan, saya sering sekali
bertemu dengan hal-hal yang berhubungan dengan human resource development. Saya
juga sering terinspirasi dengan tulisan-tulisan bapak Josef Bataona mengenai
cara pandang beliau tentang karir dan talent management. Untuk itu lah saya
jadi ketularan sering baca-baca artikel tentang HR dan pada akhirnya jadi punya
perspektif sendiri tentang dunia HR, terutama tentang bagaimana mewujudkan
Work-Life balance yang sangat dibutuhkan oleh para professional agar hidup dan
pekerjaan bisa berkembang dengan baik.
Saya coba corat-coret akhirnya ketemu 9 keseimbangan yang
membantu seimbangnya Work-Life balance. 9 hal tersebut saya bagi kedalam 3
kategori besar yaitu Secondary Balance, Primary Balance, dan Core Balance.
Untuk penjelasanya akan saya jabarkan satu persatu:
Secondary Balance
- Environmental Area
1. Prestige
(Corporate Image, Building, & History)
Siapa yang tidak bangga memiliki karir cemerlang di
perusahaan global seperti Apple, Google,
Microsoft, Samsung, Unilever, P&G, dan sebagainya. Tidak hanya
memberikan kebanggaan dalam diri kita namun juga menjadi sebuah catatan penting
dalam sejarah perjalanan karir seseorang. Pernah bekerja di sebuah perusahaan
besar juga tentunya akan meningkatkan nilai jual kita di bursa tenaga kerja.
Kebangaan kita terhadap tempat kerja kita memberikan motivasi besar di dalam
karir kita yang pastinya akan ditempa oleh banyak tantangan dan ujian.
2. Social Environment
(Friendship, Leadership, Team Work & Cultures)
Dulu waktu kuliah saya paling tidak suka dengan kerja
kelompok karena kebetulan diri saya adalah tipe introvert. Tapi masuk ke dunia
kerja sudah pasti pekerjaan dilakukan bersama-sama dengan atasan, teman
sepantaran atau bawahan kita yang tentunya memiliki watak yang berbeda-beda.
Bisa saja kita menemukan teman kerja kita yang bossy, gampang tersingung,
kurang passion, atau mungkin terang-terangan tidak suka dengan diri kita. Untuk
itu factor lingkungan social juga menjadi catatan penting bagaimana kita bisa
tetap bersemangat dalam menjalanin karir kita. Menemukan lingkungan kerja yang
kondusif tidak hanya membawa dampak pada produktifitas pekerjaan tetapi juga bisa
membawa kepada pengalaman yang tak terlupakan seperti persahabatan dan
persaudaraan.
3. Career Growth
(Clear Career Path, Management Support & Job Challenges)
Di dalam karir, kita tidak ingin terus melakukan pekerjaan
yang sama dari waktu ke waktu karena bukan hanya menimbulkan kebosanan tapi
juga kita tidak bisa mengetahui potensi-potensi apalagi yang kita miliki
sebenarnya. Perusahaan yang memiliki perencanaan yang jelas terhadap perjalanan
karir seseorang dapat memotivasi karyawannya untuk tetap fokus terhadap sebuah
goal atau pencapaian. Karyawan akan merasa dirinya dianggap, dihargai, dan
diharapkan untuk tetap membuat kontribusi penting bagi perusahaan.
4. Learning
Experience (Knowledge Discovery, Expertise Acquisition, & Network
Opportunity)
Keuntungan dari menjalani sebuah pekerjaan tidak hanya
melulu soal uang. Mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman di dalam sebuah
pekerjaan tidak kalah pentingnya dengan keuntungan materi semata. Dengan
bertambahnya ilmu maka kita bisa memperbaiki kualitas pekerjaan kita yang
tentungya berkorelasi dengan pertambahan nilai kita sebagai professional di
bursa tenaga kerja.
Primary Balance -
Personal Area
5. Time Consumption
(Commuting Hour, Working Hour, & Healthiness)
Beberapa pekerjaan yang saya tahu menuntut lebih dari 5 hari
dalam seminggu. Tidak sedikit pekerjaan yang juga harus dilakukan di akhir
pekan. Hal tersebut juga ditambah dengan banyaknya waktu yang dihabiskan ketika
seseorang pergi dan pulang ke kantor, tergantung dari jarak tempuhnya.
Kemacetan di Jakarta yang tak kunjung usai juga kembali menambah beban waktu
dari seorang professional. Lamanya waktu yang dihabiskan untuk pekerjaan
menentukan kesehatan dan juga level kebahagiaan seseorang. Masalah waktu memang
cukup krusial di dalam pemilihan pekerjaan atau karir seseorang.
6. Money &
Benefits (Basic Salary, Bonus, Insurance, Tools & Others)
“Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang”.
Teman-teman pasti tidak asing dengan pernyataan tersebut, pernyataan yang
dilematis dimana uang merupakan hal penting dalam kehidupan tapi kita tidak
boleh menggantungkan hidup kepada uang. Well, makna gaji atau uang juga bisa
disamakan dengan benefit tunjangan berupa asuransi, bonus, peralatan kerja dan
sebagainya, intinya yang bisa diukur dengan materi nilainya. Masalah uang cukup
relative dan biasanya siapapun akan sulit untuk benar-benar puas terhadap gaji
yang ia peroleh saat ini.
7. Passion (Hobby
& Interest)
Kata “Passion” adalah mantra di dunia karir. Semua orang harus
menemukan passion dalam pekerjaannya agar bahagia, agar tidak merasa bekerja
ketika sedang melakukan pekerjaanya sehari-hari. Passion muncul dari sesuatu
yang kita anggap adalah hobi atau interest kita terhadap sebuah hal. Passion
tidak melulu datang tepat waktu. Passion juga bisa berevolusi dari waktu ke
waktu, bisa berubah. Passion dilain hal juga bisa diciptakan di dalam sebuah
pekerjaan ketikan keadaan kondusif, seperti dukungan dari teman terdekat atau
manajemen. Apapun itu memang seseorang harus menemukan passion di dalam
pekerjaan, karena bila tidak ia akan sangat mudah terdemotivasi, mudah bosan,
dan seringnya tidak memahami apa yang sebenarnya ia lakukan di dalam
pekerjaanya. Tidak punya meaning dalam kehidupan karirnya.
Core Balance -
Really Personal Area
8. Belief (Idealism /
Dreams / Vision)
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti memiliki
harapan dan impian masing-masing. Ada beberapa orang yang menjalani karirnya
di NGO karena ingin menyalurkan
semangatnya di dalam dunia kemanusiaan. Ada juga seseorang yang lebih memilih
bekerja di daerah karena lebih menemukan kedamaian dibanding bekerja di ibu
kota. Semua hal itu digerakan oleh sesuatu hal yang ada di dalam diri manusia. Idealisme,
mimpi, atau visi ada di semua benak manusia dan hal tersebut ikut mendorong
bentuk perjalanan karir seseorang.
9. Religion (Right or
Wrong)
Sebagai seorang muslim saya sangat menghindari produk-produk
yang berhubungan dengan minuman alcohol, rokok, dan juga alat kontrasepsi.
Kesemuanya itu dianggap memiliki lebih banyak mudharat (keburukan) dibandingkan
dengan manfaat. Aturan di dalam Islam sudah jelas melarang hal-hal tersebut,
untuk itu bagi mereka yang tetap memegang kuat agamanya, permasalahan yg juga
mendasar di dalam sebuah karir adalah apakah pekerjaan yang kita lakukan
dibenarkan atau dilarang di dalam agama. Bila menemukan pelanggaran harus kita
tinggalkan bila tidak ada pelanggaran kita tetap bisa melanjutkan.
9 keseimbangan di atas bisa saja berbeda-beda dan sangat
unik bila ditempatkan di masing-masing orang. Ada beberapa orang yang mungkin
menganggap bahwa uang adalah core balance dia dan harus menjadi tujuan utama di
dalam karir. Ada juga yang mementingkan passion di atas segalanya. Semuanya
dihubungkan dengan konsep diri dari masing-masing orang juga bisa disesuaikan
dengan umur, pengalaman bekerja, tingkat pendidikan, harapan dari orang-orang
terdekat dan juga situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh orang yang
bersangkutan. Harapan saya semoga 9 keseimbangan ini bisa menjadi tolak ukur bagi
seseorang dalam merencanakan karirnya atau yang sedang mengevaluasi ulang karir
yang sedang dijalani. Semoga teman-teman mendapatkan Work-Life balance melalui
perspektif ini.