Pages

Saturday, September 28, 2013

How to be Digital Marketer? Part 3 - Computer Mediated Communication

Digital Communication Model by Primaretha (2013)


Anak muda hari ini sering disebut dengan “Generasi Menunduk” karena keterhubungannya dengan gadget seperti smartphone atau tablet yang luar biasa. Lihat saja bila ada anak muda yang sedang ngumpul, mereka terlihat lebih memilih asik dengan gadgetnya masing-masing. Entah itu browsing mencari informasi atau asik texting dengan teman-teman yang lokasinya berjarak jauh. Isu ini dibawa lebih serius ketika para “Generasi Menunduk” tersebut berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Terlihat tidak etis karena anak muda sekarang terlihat tidak acuh dengan keadaan sekitar.

Praktek komunikasi melalui komputer memiliki dampak social karena merubah tradisi komunikasi kita yang bisa dilakukan secara tatap muka (face to face communication) menjadi lebih sering menggunakan komputer sebagai medium untuk kita berbicara, berkomunikasi dengan orang lain. Tentunya hal ini menimbulkan efek positif dan negatif secara bersamaan. Untuk itu mari kita telaah lebih dalam isu tentang bagaimana kekhasan komunikasi antata manusia yang dimediasi oleh komputer sebagai perantara.


Online Identity






Gambar diatas cukup menekankan bahwa identitas kita di dunia maya bisa dimanipulasi sedimikian rupa. Karena tidak bertemu secara fisik, maka kita bisa saja menipu orang lain tentang diri kita. Para pelaku cyber crime sering memanfaatkan hal ini untuk meraih keuntungan melalui kejahatan dunia maya yang mereka lakukan. Di level keseharian anak muda pun tidak luput dari hal ini.  Contohnya cyber bullying dimana seseorang masuk ke dalam profil Facebook temannya kemudian menuliskan konten-konten yang tidak senonoh hanya atas nama bercanda. Ini juga sering terjadi di kontak BBM temen kita dan biasanya berakhir dengan mengganti status BBM menjadi “Dibajak ;(“.

Berbicara tentang online identity juga bicara tentang bagaimana kita menyampaikan identitas kita kepada lawan bicara kita. Di komunikasi hal ini dikenal dengan Impression Management, tentang bagaimana kita ingin dilihat oleh orang lain. Bagaimana kita berpakaian, bahasa, dan juga menyangkut perilaku. Persoalan tersebut juga berlaku di dunia online, malah bisa jadi lebih kompleks. Coba anda berkaca tentang pemilihan foto yang anda pakai di semua situs jejaring social anda, juga tentang bio atau tweet yang anda tulis di Twitter. Tentunya semua dibuat sedemikian rupa untuk merepresentasikan siapa diri anda dan juga ingin seperti apa anda dimengerti oleh orang lain.


Hyperpersonal

Saya punya pertanyaan buat para pembaca, mana yang lebih efektif, komunikasi tatap muka atau komunikasi melalui komputer? Saya yakin pasti banyak yg beranggapan bahwa komunikasi tatap muka jawaban yang benar. Sebenarnya tidak salah tapi juga tidak sepenuhnya benar karena terkadang, dalam konteks CMC, komunikasi melalui medium komputer justru lebih efektif. Hyperpersonal adalah konsep yang menjelaskan bahwa komputer mampu membawa komunikasi antar manusia tidak hanya menjadi personal tapi juga menjadi hyperpersonal. Dulu butuh waktu beberapa saat bagi seseorang yang baru kenal bisa melihat album foto kita ketika masih kecil. Tapi bagaimana dengan pertemanan yang baru terjalin di Facebook? Mereka, teman baru kita langsung bisa melihat foto-foto kita dengan keluarga, teman-teman sekolah kita atau mungkin foto kita ketika kecil. Sekejap teman baru kita jadi orang yang paling mengenal kita karena kehidupan pribadi kita bisa dipelajari melalui status Facebook, unggahan foto kita dan juga perjalanan hubungan pribadi kita. Ini juga berlaku di Twitter dimana kita bisa dikenali dengan cukup melihat dengan siapa kita berteman (following) dan kita disukai oleh siapa (follower). CMC menjadi hyperpersonal dibanding FTF (face to face communication).


Alone Together

Sherry Turkle, seorang professor studi sosial dari MIT, menerbitkan buku berjudul Alone Together di tahun 2011. Buku tersebut menjelaskan bagaimana ketergantungan kita terhadap teknologi dibandingkan dengan orang lain. Jutaan orang kini mengandalkan smartphone sebagai asisten pribadi untuk menjalankan segala tugas. Anggapan “lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan handphone” mungkin yang paling tepat menggambarkan trend ketagihan teknologi ini. Coba anda hitung dalam satu hari berapa kali anda mengecek handphone anda. Sudah? Coba anda bandingkan dengan jumlah orang yang anda ajak bicara dalam satu hari. Buat yang sudah ketergantungan dengan smartphone pasti kaget dengan perbandingan jumlahnya.




Berdasarkan riset Sherry, anak muda hari ini juga jauh lebih memilih komunikasi melalui text dibandingkan dengan komunikasi tatap muka. Alasanya adalah kita tidak dapat mengedit apa yang akan kita katakana dibandingkan dengan komunikasi tatap muka yang mengalir apa adanya. Kebiasaan mengenyampingkan komunikasi tatap muka ini yang akhirnya secara psikis kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan emosi dari orang yang kita ajak bicara. Ini yang membuat kita menjadi sesuatu yg Sherry sebut sebagai “Social Robot”.

Selanjutnya “How to be a Digital Marketer? Part 3 – Network Graph”




Friday, September 27, 2013

How to be Digital Marketer? Part 2 - Human Computer Interaction

Digital Communication Model by Primaretha (2013)


Tidak dapat dipungkiri di era informasi ini kita semakin mengandalkan komputer untuk membantu segala urusan kita. Transaksi uang melalui mesin ATM, instant messaging melalui smartphone, mengirim email melalui tablet, mengerjakan pekerjaan design dengan laptop, semuanya atas bantuan dari komputer sehingga kita dapat menyelesaikan keperluan kita. Pekerjaan digital marketing tidak hanya ditentukan oleh seberapa jago kita bisa menggunakan perangkat komputer melainkan kita juga harus paham seberapa jauh audiens kita mampu mengoperasikan beberapa perangkat komputer dengan baik, entah itu smartphone, tablet, laptop dan juga bagaimana mereka mengakses informasi di perangkat-perangkat tersebut. 


Human Computer Interface

Seperti kita tahu saat ini sedang ramai-ramainya orang mengadopsi touch screen sebagai cara untuk berinteraksi dengan gadget yang dimilikinya. Pada awalnya saya sendiri masih sangat gagap ketika menggunakan iPad. baru setelah beberapa waktu mulai terbiasa. Bagaimana nanti kedepanya ketika perangkat smartphone sudah beralih ke wearable technology. Kita lihat saja Samsung sudah mengeluarkan Galaxy Gear Watch, sebuah jam yang menggantikan smartphone. Belum lagi kehadiran intelligent personal assistant yang semakin canggih seperti Siri dimana interaksi manusia dan computer hanya tinggal menggunakan mulut untuk berbicara layaknya antara manusia dengan manusia lainnya.





Teman-teman pasti sudah kenal Google Glass. Bayangkan bila semua orang sudah menggunakan perangkat tersebut. Anak-anak muda sudah tidak lagi disebut generasi menunduk karena harus melihat smartphone di tangan mereka. Layar komputer bisa diakses langsung melalui kacamata yang kita pakai juga dengan bantuan suara dan hanya bantuan gerakan tangan di batang kacamata. Aktifitas foto dan merekam video bisa dilakukan langsung dengan kacamata, kita bisa mengabadikan segala hal yang mata kita lihat dengan lebih cepat dibandingkan harus menyiapkan smartphone terlebih dahulu.

Smartphone memang canggih, wearable gadget seperti Google Glass apalagi, tapi bagaimana bila interaksi kita dengan computer tanpa menggunakan perantara sama sekali? Buat anda yang suka nonton seri film Iron Man pasti bisa menebak maksud saya apa. Yup, teknologi hologram dimana interaksi kita dengan computer bisa dibilang tidak lagi dibatasi oleh sebuah perantara. Tidak ada layar atau gadget melainkan fungsi computer bisa muncul langsung di hadapan kita dan bisa kita pegang langsung secara fisik untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu.


 Information Architecture

Internet merupakan wadah yang berisikan begitu banyak informasi yang dituangkan ke dalam bentuk website, blog, forum, social network, microblog dan banyak lagi bentuknya. Untuk menampilkan informasi yang begitu banyak, dibuatlah semacam struktur informasi untuk memudahkan para visitor yang mengunjungi website atau bisa juga sebuah software. Pekerjaan ini biasa dikenal dengan sebutan Information Architecture, sebuah pekerjaan mengelola informasi agar pengguna mudah untuk menemukan, mencerna dari satu informasi ke informasi yang lain. Contoh sederhanya adalah navigation tab yang biasanya berada di paling atas sebuah website. Para website developer biasanya akan dihadapkan pada pertanyaan tentang menu-menu apa saja yang akan ditaruh di main navigation. Tentunya, pemilihan menu informasi website tersebut dilandaskan pada konten-konten apa saja yang ingin disajikan kepada pengunjung websitenya.


User Experience

Setelah menyajikan informasi yang tepat, tugas dari seorang pembuat website atau digital marketer pada umumnya adalah menjadikan medium digital (website, social media, atau mobile apps) menjadi mudah dan menarik untuk digunakan oleh pengguna. Alur informasi, interaksi menu ke menu, dan juga desain visual perlu diperhatikan dengan seksama untuk memaksimalkan user experience ini. Terkadang kita ingin menunjukan website yang sangat canggih tapi ketika pengguna ingin masuk ke dalam website tersebut malah mendapat kendala waktu loading yang begitu lama sehingg pada akhirnya malah tidak dapat digunakan. Terkadang juga factor kompabilitas sering menjadi masalah dari user experience, contoh ada website yang jalan di browser Google Chrome tapi tidak bisa dijalankan di browser lainnya seperti di Mozilla atau Opera.

Selanjutnya How to be Digital Marketer? Part 3 - Computer Mediated Communication

Thursday, September 19, 2013

How to be Digital Marketer? Part 1 - Living in Internet World

Internet World from Mashable.com
Bagi seorang Introvert, tidak ada lagi yang lebih menyenangkan dari menjalani aktifitas “rumahan” seperti nonton TV, bermain Playstation, baca komik, dan berselancar di Internet. Jaman SMP dulu sebelum Internet masuk rumah, saya bela-belain hemat uang jajan hanya untuk bisa berjam-jam nongkrong di warung internet. Social media belum popular ketika itu. MiRC dan Yahoo Messenger jadi andalan anak muda yang gandrung dengan dunia maya. Siapa yang tidak tertarik bisa ngobrol dengan orang-orang di seluruh dunia dengan hanya bermodalkan computer desktop? Saya sendiri yang kurang jago mengoperasikan komputer lebih suka main YM ketimbang MiRC karena jauh lebih mudah digunakan dan tampilanya pun menarik dibandingkan tampilan bahasa pemograman ala MiRC.

Beranjak SMA, hobi berselancar di dunia maya semakin giat karena kehadiran dari jejaring social pertama yang saya kenal, Friendster. Keren banget ada sebuah situs yang mengakomodir kita untuk berkenalan dan berkomunikasi dengan orang-orang di seluruh dunia. Tentu jejaring social seperti Friendster tidak hanya persoalan berbalas pesan di dunia maya layaknya email, tetapi fitur profile page yang dilengkapi oleh avatar, bio, album foto pribadi dan juga testimonial dari teman-teman yang membuat Friendster menjadi sangat spesial.


Kecintaan bermain di Internet seperti browsing, YM, Friendster dan lainnya membuat saya berpikir tentang bagaimana bila hobi saya ini bisa menghasilkan uang atau malah menjadi mata pencaharian utama saya. Bukankah ada perkataan yang menyebutkan kurang lebih bahwa ketika kita menemukan pekerjaan yang kita cintai maka selamanya kita tidak akan pernah merasa bekerja. Karena alasan tersebut, saya berusaha mencari tahu apakah ada cara yang bisa saya lakukan untuk mulai merintis karir atau usaha di bidang internet. Setelah googling sana sini, ketemulah bisnis affiliate marketing ala Anne Ahira yang waktu jaman itu juga beliau cukup terkenal karena kisah kesuksesannya sering dimuat di media massa. Saya pelajari hampir tiap hari setelah pulang sekolah menyempatkan diri ke warnet untuk bagaimana cara bekerja bisnis affiliate marketing itu. Cukup pusing bagi saya untuk memahami konsep baru dimana saya tidak punya basic marketing apalagi tentang internet. Saya tidak begitu paham komputer.

Singkat cerita, saya ikutan jadi member Asian Brain dan akhirnya dapet modul-modul tentang affiliate dan internet marketing. Gara-gara itu juga jadi kenal istilah Search Engine Optimization, Adwords, Domain Parking dan beberapa istilah internet lainnya. Baru kenal saja tapi belum terlalu mendalam bagaimana mereka sebenernya bekerja. Pada akhirnya usaha saya bergabung di Asia Brain hanya menghasilkan $48 hingga saat ini di Adsense, bisa dibilang gagal tapi tidak sepenuhnya karena saya sudah mulai membuat progress untuk mengerti bagaimana dunia internet itu bekerja.

Beberapa tahun setelah itu Facebook menjadi idola di dunia internet mengalahkan Friendster dengan fitur photo tagging yg cukup disruptive. Kemudian disusul dengan Twitter yang makin mengukuhkan dimulainya era social media di Indonesia. Internet marketing tidak melulu soal search engine setelah itu, karena ada social media seperti Facebook dan Twitter yang kehadirannya perlu diperhitungkan di dunia internet marketing. Semua orang mulai menekuni social media marketing termasuk saya, mencari apa saja yang bisa menghasilkan keuntungan dari trend baru ini. Usaha saya menekuni dunia social media membuahkan hasil dengan perkenalan saya dengan mentor digital marketing pertama saya, Mas Tuhu Nugraha. Bersama mas Tuhu saya bergabung dengan Virtual Consulting, perusahaan digital agency yang dimiliki oleh Internet Guru Pak Nukman Luthfie. Klien pertama saya Toyota dengan produk mobil Yaris. Bersama Virtual Consulting saya melakukan project social media marketing yang bisa dibilang cukup perdana di tahun 2009. Waktu itu masih menggunakan medium Facebook dan harus susah payah melakukan measurement secara manual karena belum ada fitur Facebook Insight. 

Majalah The Markeeter pernah mengulas pekerjaan social media Yaris dengan tajuk artikel "Yaris Tampil Manusiawi di Facebook". Menunjukan bahwa brand yang terjun di social media memang harus tampil seperti manusia, seperti konsumennya. Dan tentunya dengan adanya social media, brand bisa melakukan percakapan dua arah dimana menjadi sesuatu yang tidak didapat di media tradisional sebelumnya. Karakter dari social media yang kental dengan ilmu komunikasi membantu saya untuk menekuni bidang ini hingga sekarang.

Melalui artikel pembuka ini saya mencoba untuk memberikan kerangka keilmuan yang harus diperdalam ketika seseorang ingin masuk ke dalam pekerjaan digital marketing. Setelah ini akan dibahas tentang konsep Digital Communication yang terbagi ke dalam 3 elemen yaitu Human Computer Interaction, Computer Mediated Communication dan Network Graph. Berikut gambaran konsepnya sebagai rujukan:


Digital Communication Model by Andi Primaretha



Wednesday, September 18, 2013

3 Tipe Marketer Bersadasarkan Fungsinya


Don Draper dalam serial TV Mad Men
Marketing merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh banyak pihak sehingga arti, fungsi, dan maknanya bisa meluas kemana-mana. Coba saja lihat iklan atau situs lowongan kerja yang menyebutkan posisi dengan nama Marketing Executive tapi bila diteliti job descriptionnya menjelaskan bahwa fungsi pekerjaan tersebut adalah sales. Banyak orang bingung apa bedanya marketing dan sales, apa juga bedanya antara marketing dan promosi, belum lagi banyak juga yang menyamakan marketing dengan public relations atau juga dengan advertising. Buat teman-teman yang gemar dengan dunia bisnis dan marketing tentu penasaran sebenarnya seperti apa pembagian yang jelas antara jargon-jargon yang baru saja saya sampaikan. Oleh karena itu saya akan coba membagi perspektif pribadi saya tentang 3 tipe Marketer berdasarkan fungsi utamanya:


1. Fungsi Produksi

Marketer ini merupakan tipe Marketer yang biasanya banyak berhubungan dengan persoalan strategic business. Umumnya mereka belajar Marketing Management dibangku kuliah. Mereka mempelajari pertanyaan dasar dari marketing yang mana adalah bagaimana mengantisipasi kebutuhan dan keinginan konsumen di masa depan sehingga perusahaan mampu menciptakan produk yang tepat, yang mampu lebih memuaskan konsumen dibandingkan para kompetitor. Mereka menciptakan visi dan misi bisnis yang nantinya diramu menjadi sebuah positioning dari brand atau perusahaan yang mereka bangun. Kemudian mereka memproduksi produk melalui kerangka konsep 7ps yang tentunya teman-teman mungkin sudah paham namun saya akan terangkan kembail dengan singkat

A. Product
Produk seperti apa yang diingan konsumen sehingga bisa memenuhi ekspektasinya.

B. Price
Bagaimana menentukan harga yang tepat dengan produk yang kita tawarkan kepada konsumen.

C. Place
Dimana konsumen bisa mendapatkan produk kita, seperti apa distribution channel yang harus kita bangun.

D. Promotion
Bentuk promosi seperti apa yang mampu menginformasikan dan menimbulkan keinginan konsumen untuk membeli produk kita.

E. Process
Konsumen harus dimanjakan dari sebelum pembelian, saat pembelian dan setelah terjadinya pembelian produk kita.

F. People
Apa yang harus diperhatikan oleh karyawan kita untuk memberikan service yang maksimal kepada konsumen.

G. Physical Evidence
Bentuk desain interior toko kita, seragam karyawan, dan juga transportasi delivery harus juga mencerminkan semangat dari usaha kita.

Intinya mereka membuat gambaran umum dari awal hingga akhir bagaimana produk itu seharusnya bisa memenuhi kebutuhan pasar. Mereka biasanya kuat dengan logika kuantitatif demi mengukur resiko dan peluang bagaimana sebuah produk tidak hanya mampu memuaskan konsumen namun juga bisa memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada para pemangku kepentingan perusahaan.



2. Fungsi Promosi

Dalam 7ps ada element promotion yang mana merupakan sebuah elemen yang memiliki bentuk pekerjaan yang tidak kalah luas dengan konsep marketing secara umum. Ketika kita bicara tentang promosi maka hubungan eratnya adalah dengan dunia komunikasi dan media. Karena promosi adalah persoalan bagaimana mengkomunikasi produk kita dan melalui media apa kita bisa menyampaikan pesan-pesan marketing kita kepada calon konsumen atau khalayak umum. Tipe marketer ini banyak berkecimpung di imu Marketing Communication atau komunikasi secara umum. Kalau tipe marketer produksi menggunakan kerangka konsep yang juga memiliki 7 elemen. Konsep ini adalah modifikasi konsep promotional mix yang menjadi daftar teknik-teknik promosi secara umum. Inilah 7 promotional mix:

A. Personal Selling
Ini adalah cari paling dasar atau tradisional dari mempromosikan sebuah produk yaitu melalui tatap muka. Kita mempromosikan sebuah produk melalui pertemuan di dalam sebuah meeting dan kita jelaskan keuntungan dari produk-produk tersebut secara verbal dan non-verbal di dalam pertemuan tersebut. Skill persuasi dan presentasi mutlak diperlukan di dalam teknik ini.

B. Direct Marketing
Berkembang di teknik yang kedua adalah menggunakan medium yang langsung disampaikan kepada si calon konsumen. Caranya bisa melalui surat, email, broadcast BBM, instant message seperti Line atau Kakao Talk. Walau dikirim secara personal kepada masing-masing penerimanya namun dengan teknologi bisa mengirim begitu banyak orang dalam satu waktu, ini yang sering kita kenal dengan teknik email blast atau broadcast message ala BlackBerry Messenger. Modalnya adalah memiliki database yang terkoneksi dengan sistem kita.

C. Sales Promotion
Teknik seperti Buy 1 Get 1, discount dengan persenan tertentu, Early Bird dan sebagainya ini merupakan salah satu teknik promosi yang disukai oleh kebanyakan konsumen. Ini juga merupakan salah satu teknik untuk menghasilkan penjualan untuk rentang waktu yang cukup singkat.

D. Advertising
Menggunakan medium orang lain dengan cara membayar sejumlah uang untuk mempromosikan produk kita disebut advertising. Mungkin konsep yg terlalu sederhana mengingat dunia advertising saat ini berkembang begitu hebat, tapi saya mencoba untuk menyederhankanya untuk masuk ke dalam konsep 7 promotional mix ini. Advertising sendiri terbagi dua, Above-The-Line (ATL) dan juga Below-The-Line (BTL). ATL adalah beriklan di medium seperti koran, TV, radio, majalah, dan juga di medium online seperti iklan di Detik.com dan sebagainya. BTL adalah beriklan dengan cara memasang billboard, poster, flyer dan juga aktifitas seperti penyelenggaran event dan juga sponsorship.

E. Public Relations
Menggunakan medium orang lain dengan cara mempengaruhi mereka untuk mempromosikan produk kita disebut Public Relations. Kembali konsep ini cukup disempitkan untuk masuk kedalam konsep 7 promotional mix. Tentunya PR tidak hanya sekedar melakukan pekerjaan marketing karena banyak lagi fungsinya. Tapi PR sebagai tool Marcomm, adalah sebuah cara untuk mempengaruhi pihak lain, bisa itu wartawan di sebuah media nasional atau blogger terkenal untuk menulis atau memuat konten yang baik-baik tentang produk kita. PR untuk beberapa perspektif memiliki efek yang 3 kali jauh lebih besar dibanding advertising karena hasil pekerjaan PR merupakan suara asli dari pihak ketiga bukan suara yang hasil dari bayaran.

F. Content Marketing
Pernah terpikir website kita, atau akun social media kita masuk ke bagian PR atau advertising? Nah jawabanya bukan dua-duanya melainkan hal tersebut masuk ke dalam content marketing. Kalau PR dan advertising menggunakan medium orang lain, di content marketing kita menggunakan media yang kita miliki yang nantinya akan menjadi aset kita untuk berkomunikasi dengan konsumen kita. Contohnya ribuan visitor yang datang ke website kita, jutaan follower di akun Twitter milik kita.

G. Search Engine Optimization / Inbound Marketing
Dan yang terakhir adalah Search Engine yg mana teknik promosinya sering disebut dengan SEO atau inbound marketing. Marketer kini harus bisa membuat produknya mudah ditemukan di dalam search engine karena konsumen kini cenderung mengabaikan iklan dan lebih menyukai memilih produk yang memang sedang ia inginkan. Untuk itu lah kita harus menjaga keyword-keyword tertentu yang berhubungan dengan produk kita. Jangan sampai juga keyword yang berhubungan dengan produk atau brand kita malah berisi komentar-komentar negatif dari blog / website orang-orang yang pernah menggunakan produk kita dan kecewa.



3. Fungsi Penjulaan

Tipe marketer yang terakhir ini adalah mereka yang bertanggung jawab secara langsung terhadap penjualan atau sales perusahaan.  Mereka sering disebut sebagai lini depan perusahaan karena memiliki tugas utama untuk menciptakan sales bagi perusahaan. Segala bentuk strategi yang dikerjakan oleh marketer tipe produksi dan tipe promosi adalah ujung-ujungnya membantu tim sales untuk menciptakan penjualan yang maksimal demi profit yang sebesar-besarnya untuk perusahaan. Untuk tipe marketer ini saya gunakan kerangkan konsep Creative Sales yang biasa digunakan oleh Creasionbrand dalam membantu klien-klienya untuk mendapatkan hasil penjualan yang maksimal. Konsep ini disebut Sales Credo yang merupakan proses dari 5 tujuan sales yang dinamis. Berikut tahapannya:

A. Buy Leads
Konsentrasi awal dalam menciptakan penjualan adalah bagaimana menemukan calon konsumen. Dimana potensi calon-calon konsumen dari produk yang hendak kita tawarkan.

B. Buy Now
Setelah menemukan calon konsumen yang potensial kemudian bagaimana transaksi tersebut bisa segera terjadi. Teknik seperti menawarkan harga Early Bird merupakan salah satu cara yg ampuh untuk menyegerakan terjadinya transaksi penjualan.

C. Buy More
Penjualan tidak hanya sukses dengan menciptakan transaksi tapi juga bagaimana transaksi tersebut dapat tercipta dengan jumlah yang banyak. Pengurangan harga akibat membeli produk dengan jumlah tertentu bisa juga menjadi awal terjadinya jumlah transaksi yang banyak.

D. Buy Often
Tidak hanya banyak, penjualan juga dihasilkan dari repeat buying oleh orang-orang yang telah menjadi konsumen kita. Untuk itu kita harus menjaga kepercayaan konsumen kita melalui kualitas produk dan pelayanan yang konsisten. Kita ingin konsumen memberli terus menerus, tidak hanya membeli sekali dalam jumlah banyak namun kecewa dan akhirnya beralih ke pesaing kita.

E. Buy Recommendation
Diharapkan para konsumen yang sudah membeli produk kita mau juga merekomendasikan orang-orang disekitarnya untuk membeli produk kita sehingga akhirnya kembali menciptakan calon-calon konsumen baru untuk mendukung volumen penjualan dari produk kita.


3 tipe marketer berdasarkan fungsi yang baru saja saya jelaskan ini adalah perspektif saya tentang pembagian pekerjaan marketing. Pada prakteknya, pekerjaan ini saling tumpang tindih dan saling melengkapi satu sama lainya karena pada dasarnya mereka mengerjakan satu pekerjaan yang kita sebut dengan marketing. Ada satu orang yang berfungsi atau bertanggung jawab terhadap ketiga fungsi tersebut. Ada juga pembagian yang jelas antara fungsi satu dengan fungsi lainnya, ini tergantung dari jenis produk dan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Sebagai penutup saya berikan gambaran bagaimana ketiga fungsi tersebut saling mendukung satu sama lainnya, semoga bermanfaat untuk teman-teman yang akan atau sedang menjalani profesinya sebagai seorang Marketer.


What Marketer are You?

Marketer Produksi, Marketer Promosi,  dan Marketer Penjualan




Monday, September 16, 2013

Ethnography Marketing ala Mahanagari



Alhamdulillah sejak pindah ke kota impian saya dan isteri, kota Bandung, juga bergabung dengan keluarga Creasionbrand, saya jadi punya seminar mingguan dalam program yang bernama BizzDate "Sharing BIZZnis samabil Ngedate". Topik yang diangkat dalam Bizzdate secara umum membahas tentang dunia bisnis dan entrepreneur. Para peserta yang ikut program ini beragam, dari business owner, mahasiswa, karyawan, sampai ada siswa SMA. Para pembicaranya pun tidak kalah beragam, dimulai dari konsultan Creasionbrand dan Dixgital, ada juga pembicara diluar yang secara umum mereka adalah business owner, praktisi, dan juga dosen.

Bizzdate kemarin adalah yang ke 32 dan pembicaranya adalah Kang Ben Wirawan yang merupakan pemilik dari merek baju lokal Bandung dengan nama Mahanagari . Setelah dipresentasikan sejarah, konsep, produk, promosi dari Mahanagari saya jadi teringat kembali akan konsep marketing Ethnography yang cukup punya pengaruh besar terhadap karir saya selama ini (thanks to Ibu Amalia Maulana). Saya akan paparkan pandangan saya tentang bagaimana Mahanagari sukses dengan Ethnography Marketing di tangan lulusan desain produk ITB ini.

Sekilas orang-orang akan menganggap bahwa kesuksesan Manahagari ditentukan oleh desain baju yang unik, lucu, kreatif dan juga kekuatan kolaborasi para desainer di belakangnya. Anggapan tersebut sah-sah saja karena memang betul adanya. Namun, kalo ditelisik lebih dalam sebenernya kekuatan dari Mahanagari adalah tentang bagaimana memahami hubungan kota Bandung dan orang Bandung yang sudah dibangun ratusan tahun lamanya sejak kota Bandung lahir. Tentu hubungan yang saya maksud adalah culture (budaya) yang melekat di masing-masing orang yang lahir atau tinggal di Bandung.

Berbicara soal budaya, saya hubungkan pada teori Symbolic Interactionism karya George Herbert Mead dan Herbert Blumer, yang banyak menjelaskan tentang bagaimana konsep tentang diri kita , masyrakat dan hubungan keduanya dilahirkan melalui interaksi sosial. Bandung bagi warga Bandung tidak melulu tentang sebuah tempat yang mereka tempati, tapi juga sebuah cerita, kesehariaan, persaudaraan, kebiasaan, percakapan, perjuangan, kehidupan dan budaya. Pemahaman ini yang dimanfaatkan oleh Mahanagari untuk bisa menampilkan unique selling pointnya kepada konsumen. Saya beri contoh nyata, ide-ide desain baju seperti:



Coba perhatikan desain baju tersebut. Coba lempar ke masyarakat di luar Jawa Barat, coba lempar ke kota-kota di Sumatera atau Kalimantan, saya jamin mereka tidak paham apa arti dari desain ini. Selain menjadi salah satu desain Mahanagari favorit saya, desain ini merupakan pemahaman linguistik dari percakapan keseharian orang Bandung, ya orang Bandung tidak mengenal huruf F atau V, yang mereka kenal hanyalah huruf P. Waktu saya baru tinggal di Bandung beberapa hari, saya berkenalan dengan seseorang. "Siapa A namanya?" saya tanya, lalu dia jawab "Pahmi", "Huh?" "Oooh Fahmi", butuh waktu beberapa detik untuk saya menyadari kebiasaan ini. Di lain sisi, ini juga jadi kebangaan dari warga Bandung akan identitasnya menjadi bagian dari kota Bandung atau suku Sunda secara umum. Di dalam komunikasi dikenal istilah Impression Management, yang menyebutkan tentang bagaimana seseorang memiliki strategi untuk menyampaikan identitas dirinya kepada orang lain atau masyarakat. Saya rasa ini juga yang cukup dimanfaatkan oleh pengusaha yang besar di Bandung ini.

Kemudian ada lagi sebuah produk desain yang saya yakin merupakan representasi dari kekecewaan atau kegelisahan dari para fans PERSIB yang notabene klub kesayanganya masih belum bisa menunjukan performa yang maksimal di liga sepakbola Indonesia. Hal ini diungkapkan dengan sesuatu yang bisa dibilang cukup nyinyir tapi tetap dalam kaidah yang santun, sopan, dan juga tidak kalah menghibur dibandingkan dengan desain yang lain. Seperti ini bentuknya:




Apa pendapat anda? Bisa jadi ini adalah bentuk pengharapan dari warga Bandung yang sangat haus kepada kemenangan sampai-sampai diimpikan akan memenangkan laga kontra Manchester United. Atau bisa juga berupa sindiran tentang performa dari PERSIB yang tidak kunjung membaik. Apapun itu pasti desain ini punya cerita yang sangat melekat di pikiran dan hati warga Bandung. Masih banyak lagi sebenarnnya desain-desain Mahanagari yang orang-orang Marketing bilang sangat insightful dengan target marketnya. Walau begitu saya cukupkan dua contoh desain tersebut sebagai contoh nyata bagaimana Manahagari memanfaatkan teknik Ethnography Marketing untuk merebut hati konsumennya. 

Kembali ke konsep awal tentang Ethnography Marketing, buat teman-teman yang penasaran tentang apa itu Ethnography Marketing, saya jelaskan bahwa teknik marketing tersebut diadopsi dari ilmu Anthropology dengan penjurusan Social Anthropology. Di penjurusan tersebut terkenal istilah Ethnography dimana membahas tentang bagaimana memahami budaya di dalam sebuah masyarakat. Budaya disini dapat dilihat dari sistem bahasa yang digunakan, aktifitas keseharian, dan juga tradisi-tradisi yang melekat di sebuah masyarakat. Pemahaman Ethnography cukup berbeda dengan pendekatan marketing konvensional yang banyak menggunakan pendekatan angka (kuantitatif) untuk memahami keinginan dan kebutuhan konsumen. Di dalam Ethnography, si periset banyak menggunakan cerita untuk menjelaskan perilaku konsumen dan sering kali menggunakan participant observation dimana si periset terjun langsung ke dalam lingkungan dari responden yang ingin diriset. Nah, hal ini yang dimanfaatkan pula oleh Kang Ben sebagai orang asli Bandung yang tentunya sudah memahami seluk beluk kehidupan warga Bandung.


Potensi kedepan bisa lebih banyak lagi pengusaha-pengusaha lokal yang menjadi Local Hero bila benar-benar serius mengadopsi teknik Ethnography ini dan bisa memberikan produk yang localized, yg disukai dan juga menjadi kebanggan bagi para konsumennya. Anda berani mencoba?