Pages

Saturday, September 28, 2013

How to be Digital Marketer? Part 3 - Computer Mediated Communication

Digital Communication Model by Primaretha (2013)


Anak muda hari ini sering disebut dengan “Generasi Menunduk” karena keterhubungannya dengan gadget seperti smartphone atau tablet yang luar biasa. Lihat saja bila ada anak muda yang sedang ngumpul, mereka terlihat lebih memilih asik dengan gadgetnya masing-masing. Entah itu browsing mencari informasi atau asik texting dengan teman-teman yang lokasinya berjarak jauh. Isu ini dibawa lebih serius ketika para “Generasi Menunduk” tersebut berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Terlihat tidak etis karena anak muda sekarang terlihat tidak acuh dengan keadaan sekitar.

Praktek komunikasi melalui komputer memiliki dampak social karena merubah tradisi komunikasi kita yang bisa dilakukan secara tatap muka (face to face communication) menjadi lebih sering menggunakan komputer sebagai medium untuk kita berbicara, berkomunikasi dengan orang lain. Tentunya hal ini menimbulkan efek positif dan negatif secara bersamaan. Untuk itu mari kita telaah lebih dalam isu tentang bagaimana kekhasan komunikasi antata manusia yang dimediasi oleh komputer sebagai perantara.


Online Identity






Gambar diatas cukup menekankan bahwa identitas kita di dunia maya bisa dimanipulasi sedimikian rupa. Karena tidak bertemu secara fisik, maka kita bisa saja menipu orang lain tentang diri kita. Para pelaku cyber crime sering memanfaatkan hal ini untuk meraih keuntungan melalui kejahatan dunia maya yang mereka lakukan. Di level keseharian anak muda pun tidak luput dari hal ini.  Contohnya cyber bullying dimana seseorang masuk ke dalam profil Facebook temannya kemudian menuliskan konten-konten yang tidak senonoh hanya atas nama bercanda. Ini juga sering terjadi di kontak BBM temen kita dan biasanya berakhir dengan mengganti status BBM menjadi “Dibajak ;(“.

Berbicara tentang online identity juga bicara tentang bagaimana kita menyampaikan identitas kita kepada lawan bicara kita. Di komunikasi hal ini dikenal dengan Impression Management, tentang bagaimana kita ingin dilihat oleh orang lain. Bagaimana kita berpakaian, bahasa, dan juga menyangkut perilaku. Persoalan tersebut juga berlaku di dunia online, malah bisa jadi lebih kompleks. Coba anda berkaca tentang pemilihan foto yang anda pakai di semua situs jejaring social anda, juga tentang bio atau tweet yang anda tulis di Twitter. Tentunya semua dibuat sedemikian rupa untuk merepresentasikan siapa diri anda dan juga ingin seperti apa anda dimengerti oleh orang lain.


Hyperpersonal

Saya punya pertanyaan buat para pembaca, mana yang lebih efektif, komunikasi tatap muka atau komunikasi melalui komputer? Saya yakin pasti banyak yg beranggapan bahwa komunikasi tatap muka jawaban yang benar. Sebenarnya tidak salah tapi juga tidak sepenuhnya benar karena terkadang, dalam konteks CMC, komunikasi melalui medium komputer justru lebih efektif. Hyperpersonal adalah konsep yang menjelaskan bahwa komputer mampu membawa komunikasi antar manusia tidak hanya menjadi personal tapi juga menjadi hyperpersonal. Dulu butuh waktu beberapa saat bagi seseorang yang baru kenal bisa melihat album foto kita ketika masih kecil. Tapi bagaimana dengan pertemanan yang baru terjalin di Facebook? Mereka, teman baru kita langsung bisa melihat foto-foto kita dengan keluarga, teman-teman sekolah kita atau mungkin foto kita ketika kecil. Sekejap teman baru kita jadi orang yang paling mengenal kita karena kehidupan pribadi kita bisa dipelajari melalui status Facebook, unggahan foto kita dan juga perjalanan hubungan pribadi kita. Ini juga berlaku di Twitter dimana kita bisa dikenali dengan cukup melihat dengan siapa kita berteman (following) dan kita disukai oleh siapa (follower). CMC menjadi hyperpersonal dibanding FTF (face to face communication).


Alone Together

Sherry Turkle, seorang professor studi sosial dari MIT, menerbitkan buku berjudul Alone Together di tahun 2011. Buku tersebut menjelaskan bagaimana ketergantungan kita terhadap teknologi dibandingkan dengan orang lain. Jutaan orang kini mengandalkan smartphone sebagai asisten pribadi untuk menjalankan segala tugas. Anggapan “lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan handphone” mungkin yang paling tepat menggambarkan trend ketagihan teknologi ini. Coba anda hitung dalam satu hari berapa kali anda mengecek handphone anda. Sudah? Coba anda bandingkan dengan jumlah orang yang anda ajak bicara dalam satu hari. Buat yang sudah ketergantungan dengan smartphone pasti kaget dengan perbandingan jumlahnya.




Berdasarkan riset Sherry, anak muda hari ini juga jauh lebih memilih komunikasi melalui text dibandingkan dengan komunikasi tatap muka. Alasanya adalah kita tidak dapat mengedit apa yang akan kita katakana dibandingkan dengan komunikasi tatap muka yang mengalir apa adanya. Kebiasaan mengenyampingkan komunikasi tatap muka ini yang akhirnya secara psikis kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan emosi dari orang yang kita ajak bicara. Ini yang membuat kita menjadi sesuatu yg Sherry sebut sebagai “Social Robot”.

Selanjutnya “How to be a Digital Marketer? Part 3 – Network Graph”




No comments: